Sabtu, 08 Mei 2010

Upaya Penigkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Teknik Sema

Abstrak. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan teknik skema pada siswa kelas 2 SUP Mataram Kasihan Bantul Penelitian ini dilakukan pada 40 siswa kelas 2 SLTP Negeri Mataram Kasihan Kabupaten Bantul. Data dikumpulkan malalui observasi guru, siswa dan catatan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata sebelum tindakan penelitian sebesar 50%, dan nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar 73%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman pada siswa SLTP Mataram Kasihan sebesar 23 %.
PENDAHULUAN
Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan bahasa sebagai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan dari beberapa aspek. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam GBPP SLTP Kelas 2 adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan membaca.
Membaca, terutama membaca pemahaman bukanlah sebuah kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu, bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tompubolon: 1987).
Lebih dari itu, Tulalessy (1995) berpendapat bahwa membaca mahir (avented reading) harus mulai diajarkan pada siswa kelas 1 SLTP sehingga siswa SLTP bisa menuju pada membaca di seberang baris (reading beyond the lines).
Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan teknik skema merupakan salah satu upaya tepat karena dengan teknik skema siswa harus menghubungkan pengalamannya dengan pengalaman yang ada dalam buku teks.
Menurut Sujana (1995) langkah-langkah pembelajaran menggunakan teknik skema adalah:
1. bersikap positif terhadap apa yang diketahui murid jadikanlah apa yang telah diketahui murid itu sebagai batu loncatan atau jembatan dalam usaha menolong mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan,
2. menggunakan analogi, perbandingan, bahkan kalau perlu, perbandingan metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
3. memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru itu.
4. metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
5. memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru itu.
Pada kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa kelas 2 pada SUP Mataram Kasihan Bantulmasih cukup memprihatinkan. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa tidak benar-benar memahami bacaan yang disediakan. Melihat kenyataan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Sebagai pemecahannya adalah dengan diterapkannya teknik skema dalam pembelajaran membaca pemahaman. Untuk mengetahui seberapa jauh teknik skema dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami teks bacaan, maka perlu diadakan penelitian tindakan.
Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut: Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan teknik skema siswa kelas 2 pada SLTP Mataram Kasihan Bantul?
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan teknik skema pada siswa kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul. Jumlah subyek penelitian adalah 40 siswa kelas 2 pada SLTP tersebut. Karakteristik siswa pada dasarnya hampir sama (homogen). Lokasi sekolah jauh dari pusat kota, dengan latar sosial orang tua siswa rata-rata rendah sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan mambaca siswa.
PROSEDUR PENELITIAN
Perencanaan
Sebelum tindakan dilakukan, dibuat perencanaan berikut ini:
1. Mengidentifikasi masalah,
2. Mengadakan tes,
3. Menyiapkan materi bacaan
4. Menyiapkan media,
5. Menyiapkan alat evaluasi.
TINDAKAN PENELITIAN
Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 5 tindakan. Adapun langkah-langkah implementasi tindakannya adalah:
1. Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang akan diberikan.
2. Guru memberikan petunjuk yang berupa outline, dan gambar yang ada hubungannya dengan materi bacaan dan skemata siswa
3. Siswa membaca teks bacaan, dilanjutkan menuliskan kata-kata sukar,
4. Siswa mengungkapkan ide pokok setiap paragrap.
5. Siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasanya sendiri.
MONITORING DAN REFLEKSI
Monitoring dilaksanakan setiap tatap muka Hasil monitoring dijadikan refleksi setelah tatap muka berlangsung. Dalam refleksi, kolaborator dan pendamping memberi input tentang jalannya penelitian dalam kegiatan belajar mengajar, baik kekurangan maupun keberhasilan yang telah dicapai. Hasil tersebut dianalisis secara deskripti-kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data
Pengaumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Tes, dilakukan sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan.
2. Observasi, dilaksanakan peneliti dan kolaborator selama KBM berlangsung.
3. Catatan lapangan, untuk mencatat segala kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam satu sikius. Satu siklus terdiri dari 5 tindakan, dengan 10 kunjungan silang. Adapun hasilnya adalah sebagai benkut:
Tindakan I
a. Guru mengucapkan salam dan memperkenalkan kolaborator kepada siswa.
b. Guru melakukan apersepsi, menuliskan judul bacaan pada papan tulis. Siswa memunculkan kata penyumbang darah, sehat, gemuk, golongan darah dan transfusi. Jawaban siswa ini ditulis guru pada outline yang telah disediakan.
c. Setelah pembelajaran berlangusung setengah jam, guru meminta siswa untuk membaca dalam hati bacaan “Tidak Semua Orang Bisa Jadi Donor Darah”, dilanjutkan menuliskan kata-kata sukar beserta maknanya.
d. Guru menugaskan siswa menuliskan ide pokok pada papan tulis, siswa lain menaggapinya.
e. Sebelum pembelajaran diakhiri, guru menanyakan kepada siswa hal-hal yang belum jelas tentang bacaan. Siswa diberi tugas untuk menceritakan kembali isi bacaan. Pembelajaran ini diakhiri dengan guru mengucapkan salam.
REFLEKSI
Pada awal pembelajaran ini, skemata siswa lambat muncul. Tanggapan siswa tidak sesuai dengan outline yang dituliskan guru pada papan tulis. Peneliti dan kolaborator bersepakat bahwa hal tersebut dimungkinkan dengan belum dioptimalkan media pembelajaran, di samping teknik skemata ini baru pertama dilaksnakan. Untuk itu, pada tindakan pembelajaran selanjutnya media pembelajaran dipersiapkan lebih mantap lagi.
Tindakan II
a. Setelah mengadakan apersepsi, Guru menempelkan judul bacaan pada papan tulis Siswa senang dengan adanya media yang ditempelkan di papan tulis.
b. Guru menawarkan kepada siswa untuk menuliskan jawabannya pada outline di papan tulis. Beberapa siswa maju untuk menuliskan kosa kata pada outline yang disediakan.
c. Guru menugasi siswa membaca bacaan menuliskan kata-kata sukar, kemudian mendiskusikan artinya, beberapa siswa mengartikan dengan bantuan kamus.
d. Kegiatan selanjutnya menugasi siswa untuk menuliskan ide pokok, dan menggabungkan menjadi paragraf yang padu.
e. Sebelum pembelajaran diakhiri, guru memberikan penegasan tentang penggunaan kata hubung.
REFLEKSI
a. Pada pembelajaran ini skematis siswa muncul pada awal pembelajaran. Hal ini dimungkinkan digunakannya media pembelajaran, sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran.
b. Penulisan jawaban siswa pada papan tulis, dan pujian yang diberikan guru kepada siswa menjadikan motivasi siswa untuk lebih aktif. Peneliti dan kolaborator sepakat agar guru lebih sering memberikan penghargaan terhadap siswa.
Tindakan III
a. Pembelajaran diawali dengan apersepsi, dilanjutkan menuliskan tujuan pembelajaran dan judul bacaan pada papan tulis.
b. Guru menunjukkan bunga anggrek, dan siswa diminta memberikan tanggapannya. Indri dan Indah serempak memberikan tanggapannya. Siswa yang lain, Novi dan Ayu kemudian menanggapinya. Jawaban siswa ini oleh guru dimasukkan dalam outline yang telah disediakan.
c. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca bacaan “Holtikultura” selama kurang lebih lima menit.
d. Setelah membaca bacaan, guru dan siswa mencocokkan antara skema siswa dengan out-line bacaan. Hasilnya, banyak persamaan antara skemata siswa dengan outline yang dibuat guru. Dan guru menberikan pujian.
e. Pada kegiatan menentukan ide pokok, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah paragraf. Jawaban tiap kelompok dituliskan di papan tulis. Terjadi diskusi yang menarik pada saat masing-masing kelompok mempertahankan pekerjaannya. Hal ini terjadi karena kelompok yang satu (Indah) tidak menggunakan kata hubung dalam menggabungkan ide pokok, sedangkan kelompok yang lain (Novi) menggabungkan ide pokok dengan bentuk pasif. Dari jawaban guru yang diberikan, ternyata belum sepenuhnya dapat diterima siswa.
f. Sebelum pembelajaran ini diakhiri, guru menerangkan fungsi kata hubung dan kata pasif. Guru memberikan pekerjaan rumah siswa menceritakan kembali.
REFLEKSI
a. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dapat membuat suasana kelas hidup dan hal tersebut memunculkan skemata siswa lebih awal.
b. Peneliti dan kolaborator bersepakat bahwa guru agar mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan memungkinkan siswa lebih bersikap positif dan kritis terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
Tindakan IV
a. Pembelajaran ini di awali guru dengan apersepsi, dilanjutkan dengan menuliskan tujuan pembelajaran dan judul bacaan,
b. Guru menggiring keterkaitan skemata siswa dengan topik pembelajaran dengan cara menempelkan slogan mensana in corpora sono.
c. Tanggapan siswa terhadap topik pembelajaran masih banyak yang kurang tepat. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang dimasukkan dalam out-line yang telah disiapkan guru banyak yang meleset.
d. Siswa membaca bacaan dan menuliskan kata sukar.
e. Guru memberikan tugas untuk menuliskan ide pokok siswa-siswa, misalnya Sulitiyangsih dan Dwi Fatmawati dapat menyelesaikan tugas dengan hasil baik.
f. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tugas siswa menuliskan kembali isi bacaan dengan melihat outline bacaan yang telah dibetulkan guru.
REFLEKSI
a. Peneliti dan kolaborator menyepakati, letak ide pokok mudah dipahami siswa. Hal tersebut dimungkinkan sebagian besar ide pokok bacaan teletak pada awal paragraf.
b. Skemata siswa kurang cocok dengan materi bacaan. Hal tersebut dimungkinkan, teks bacaan yang digunakan untuk kegiatan membaca (tajuk rencana KR) memiliki tingkat kesulitan tinggi. Pada pembelajaran yang akan datang materi bacaan diharapkan yang sesuai dengan usia siswa.
Tindakan V
a. Guru mempersiapkan ruangan laboratorium untuk pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran OHP
b. Guru menunjukkan tujuan pembelajaran dan judul bacaan pada layar monitor. Siswa antusias menanggapi judul bacaan “Kiat Jadi Bintang Sinetron”.
c. Beberapa siswa, antara lain: Indah, Ayu, Novi dan Wiwid menanggapi pertanyaan guru. Tanggapan siswa tersebut dituliskan pada out-line yang telah dipersiapkan guru.
d. Siswa membaca bacaan, menuliskan kata-kata sukar. Siswa berebutan maju mengartikan kata sukar di papan tulis. Selanjutnya, siswa ditugasi mencari ide pokok. Indah dan Yeni mewakili kelompoknya maju untuk menuliskan di papan tulis.
e. Dari bacaan tersebut, siswa berlatih membuat petunjuk menjadi bintang sinetron secara kelompok. Petunjuk yang ditulis siswa banyak yang sesuai dengan outline yang dibuat guru.
f. Sewaktu membedakan petunjuk pokok dan petunjuk penjelas, diskusi berlangsung menarik, masing-masing kelompok mempertahankan alasannya. Guru menjelaskan, menguatkan, dan memberi pujian terhadap alasan yang dikemukakan siswa.
g. Sebelum pembelajaran diakhiri, kolaborator dan guru inti berpamitan terhadap siswa. Kegiatan ini oleh siswa diakhiri dengan perasaan senang.
REFLEKSI
a. Peneliti, kolaborator dan pendamping menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang direncanakan. Penggunaan media pembelajaran yang tepat, misalnya OHP menjadikan KBM berlangsung dengan susana menarik.
b. Materi pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan siswa (diambil dari Fantasi) menarik perhatian siswa. Hal tersebut menumbuhkan sikap positif terhadap pembelajaran membaca.
SIMPULAN
Penerapan teknik skema pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul, dapat meningkatkan membaca pemahaman pada siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 50% dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar 73%, terjadi peningkatan nlai sebesar 23%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar