Sabtu, 08 Mei 2010

Teknik Membaca SQ3R

Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien, kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks atau buku yang terdiri dari : (1) Survey; (2) Question; (3) Read; (4) Recite; dan (5) Review . Dengan merujuk pada pemikiran Muhibbin Syah (2003), di bawah ini akan diuraikan secara singkat langkah-langkah teknik membaca ini.
1. Survey
Pada langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading), judul subbagian (sub-heading), istilah, kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting dalam tulisan itu, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo (berwarna kuning, hijau dan sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.
2. Question
Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
3. Read
Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.
4. Recite
Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
5. Review
Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.
Meski terkesan sangat mekanistik, tetapi membaca dengan menggunakan SQ3R ini dianggap lebih memuaskan, karena dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau teks Selain itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah, sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang.
Untuk menempuh kelima prosedur di atas pada awalnya mungkin akan dirasakan berbelit-belit, tetapi dengan membiasakan secara terus-menerus lama kelamaan akan menjadi hal yang biasa. Bagi Anda yang belum terbiasa, selamat mencoba dan mudah-mudahan sukses !
Selengkapnya...

TEKNIK SKIMMING

Dalam membaca cepat dikenal teknik skimming dan scanning. Sekilas kedua cara ini sepertinya sama, meskipun sebenarnya berbeda. Skimming dilakukan untuk melakukan pembacaan cepat secara umum dalam suatu bahan bacaan. Dalam skimming, proses membaca dilakukan secara melompat-lompat dengan melihat pokok-pokok pikiran utama dalam bahan bacaan sambil memahami tema besarnya. Sementara scanning adalah mencari satu jenis informasi tertentu dalam bahan bacaan.
Pada tulisan berikut saya akan membahas teknik skimming dan bagaimana cara memanfaatkannya.
Bayangkan jika Anda harus membaca buku setebal 300 halaman. Apakah yang harus Anda lakukan terlebih dahulu?
Apakah langsung mulai membaca dari halaman pertama sampai terakhir?
Apakah membaca halaman paling depan, halaman belakang dan daftar isi terlebih dahulu?
Jika Anda berencana membaca suatu buku dengan halaman yang cukup banyak misalkan 50 – 300 halaman, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat sekilas apa yang dibahas dalam buku tersebut. Dalam proses membaca, teknik ini dikenal dengan istilah melakukan preview atas isi buku. Dan untuk melakukannya digunakan skimming.
Bagaimana Melakukan skimming?
Skimming dilakukan dengan cara membaca judul bab, sub bab, dan beberapa alinea pertama dalam setiap bab-nya. Jika buku tersebut memuat kesimpulan dalam tiap bab, maka Anda dapat pula membaca sekilas ringkasan tadi.
Fungsi skimming adalah mendapatkan ide utama tentang topik bacaan, bukan detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan berhasil jika Anda bisa mendapatkan ide pokok dan bisa membayangkan apa yang dibahas dalam keseluruhan isi buku secara umum.
Proses skimming ini sangat berharga sebelum Anda membaca secara mendalam halaman demi halaman. Dengan skimming Anda mempersiapkan otak untuk menghadapi bahan bacaan yang sesungguhnya. Selain itu skimming juga berguna menciptakan rasa ingin tahu, memastikan apakah buku yang akan dibaca sesuai dengan yang diharapkan, dan mendapatkan pokok cerita.

Fungsi Skimming
Selain untuk melakukan pembacaan sekilas, skimming juga berguna dalam banyak proses membaca lainnya. Adapun beberapa alasan mengapa skimming dapat dilakukan tanpa harus terlalu khawatir kehilangan makna adalah:
• Kebanyakan kalimat hanya memiliki beberapa kata penting yang menjadi pembentuk strukturnya. Dengan menghilangkan kata-kata lain yang tidak terlalu penting, maka makna kalimat sudah dapat ditangkap tanpa harus kehilangan makna sesungguhnya. Pada kesempatan yang akan datang saya akan membahas hal ini yang dikenal pula dengan nama telegraphic reading.
• Dalam bahan bacaan yang cukup tebal, tidak semua bagian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada bagian tertentu yang memang relatif lebih ringan dan mudah dipahami dibandingkan dengan bagian yang lain. Bagian yang ringan dapat dibaca dengan sangat cepat lewat skimming sedangkan bagian yang lebih sulit dibaca secara lebih lengkap dan teliti.
• Ada kata-kata tertentu yang sangat penting dan berperan dalam membentuk struktur kalimat yakni subjek dan predikat. Masing ingat pelajaran bahasa Indonesia dulu? Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK)? Dengan menguasai struktur kalimat dalam bahan bacaan dan menguasai terutama Subjek dan Predikat, maka inti bacaan sudah dapat dikenali. Karena itu, berfokuslah pada kata benda dan kata kerja. Selain itu, kuasai pula kata-kata penghubung yang bisa mengubah makna kalimat secara nyata jika kata-kata tersebut dihilangkan. Kata-kata tersebut antara lain: tidak, bukan, meskipun, akan tetapi, sebaliknya, pada sisi yang lain, dst.

Proses Skimming
Karena skimming berguna untuk mendapatkan gambaran umum suatu bahan bacaan, maka perlu koordinasi yang baik ketika melakukan skimming dengan otak yang aktif bertanya, menganalisa, membandingkan, serta membuat kesimpulan.
Oleh karena itu, jangan dianggap skimming seperti membaca sambil lalu. Sebaliknya, dibutuhkan proses membaca aktif di mana semua indera yang terlibat bekerja, mulai dari mata, otak, bahkan indra lain seperti penciuman dan pendengaran. Membaca aktif adalah ketika Anda seolah-olah masuk ke dalam bahan bacaan itu sendiri dan bisa mendengar, mencium serta merasakan apa-apa yang dituliskan.
Berikut adalah bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan skimming:
• Baca cover atau jacket buku yang biasanya menjelaskan tema besar buku tersebut dan mengapa buku tersebut penting buat Anda
• Baca kata pengantar. Banyak orang malas membaca pengantar karena dianggap basa-basi. Hal tersebut keliru. Kata pengantar seringkali sangat penting karena penulis biasanya menjelaskan proses penulisan buku tersebut dari awal sampai selesai serta pendekatan yang digunakannya. Dari kata pengantar Anda bisa mendapat gambaran apakah buku yang sedang dipegang memang layak untuk dibaca sampai selesai atau sebenarnya tidak penting buat Anda. Bagian yang berupa ucapan terima kasih, penghargaan dan sejenisnya bisa dilewatkan.
• Baca daftar isi. Ya, banyak orang juga melewati bagian ini dan langsung melompat ke bab pertama. Ingat, daftar isi memberi gambaran struktur pembahasan dalam buku. Ini akan membantu Anda menguasai bahan bacaan dalam konteks yang besar dan lengkap. Selain itu, tidak setiap bab penting untuk dibaca. Ada bab-bab yang bisa jadi sudah Anda pahami dari buku-buku yang pernah dibaca sebelumnya sehingga bisa dilewatkan atau dibaca sekilas saja. Energi yang lebih besar nantinya dapat difokuskan pada informasi baru yang memang perlu Anda kuasai dari bahan bacaan tersebut.
• Baca judul bab, sub judul dan heading. Amati diagram, gambar dan keterangan tambahan. Secara cepat baca setiap halaman hanya 1-2 detik saja. Baca judul bab, sub judul, heading serta amati secara singkat gambar atau diagram yang menjadi penjelas bab tersebut. Dapatkan ide pokok hanya dari judul tadi. Ingat, Anda juga telah menguasai struktur penulisan ketika mempelajari daftar isi sebelumnya.
Demikianlah teknik skimming yang dapat Anda lakukan sebelum membaca keseluruhan isi buku dengan lebih detail. Dengan skimming, Anda dapat menguasai isi buku secara umum dalam tempo yang singkat sekaligus mempersiapkan diri untuk pembacaan yang lebih menuntuk konsentrasi. Untuk buku dengan ketebalan 100 halaman, Anda mungkin perlu melakukan skimming sekitar 5-7 menit saja. Dan 5 menit yang dihabiskan tadi akan sangat membantu dalam pemahaman keseluruhan terhadap konteks bahan bacaan.
Selamat mencoba!
Selengkapnya...

TIPS TEKNIK MEMBACA PIKIRAN ORANG LAIN

Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.
Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain—mindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.
Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.
Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Bagaimana Membaca Pikiran?
Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.
Menjadi Pembaca Pikiran Ulung
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.
Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”
Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Tinjauan Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.

Selengkapnya...

ATASI berbagai KESULITAN Anda Membantu Anak-Anak BELAJAR MEMBACA ". . . seaktif apapun mereka, sesibuk apapun Anda . . ."

Kemampuan membaca adalah salah satu keterampilan sangat penting yang dibutuhkan anak-anak mengarungi dunia pembelajaran. Berbagai metode belajar membaca pun bermunculan untuk membantu para guru dan orang tua mengajarkan ketrampilan ini. Selamat Sore Bapak/Ibu,
Kemampuan membaca adalah salah satu keterampilan sangat penting yang dibutuhkan anak-anak mengarungi dunia pembelajaran. Berbagai metode belajar membaca pun bermunculan untuk membantu para guru dan orang tua mengajarkan ketrampilan ini.
Akan tetapi, metode saja sebetulnya tidak cukup, sebab SETIAP ANAK ITU UNIK, dan keunikan itu membutuhkan layanan metode yang berbeda-beda. Yang lebih menentukan adalah pemahaman orang tua tentang bagaimana sebetulnya anak-anak itu belajar.
Tarik-menarik pendapat tentang kapan anak bisa mulai diajari membaca memang masih saja terjadi. Beberapa pihak tidak setuju pengajaran membaca dilakukan terlalu dini, karena khawatir hal itu menyebabkan efek buruk pada anak-anak, yaitu terampasnya masa bermain mereka.
Akan tetapi, berdasarkan temuan dan pengalaman beberapa ahli pembelajaran yang sudah diterima akhir-akhir ini, sesungguhnya bukan patokan usia yang paling menentukan boleh tidaknya seorang anak belajar membaca, melainkan lebih pada bagaimana cara mengajarkannya. Inilah yang banyak tidak dipahami para orang tua, bahkan termasuk para guru sekalipun.
Ada banyak "pintu masuk" ke otak anak, namun sering yang terjadi kita memaksakan diri masuk lewat "pintu yang salah". Lagi-lagi ini terjadi karena pemahaman yang keliru tentang cara mengajarkan keterampilan itu, tanpa membuat anak-anak menjadi stress dan kehilangan kesenangan bermainnya.
SEHARUSNYA, belajar membaca itu BISA menjadi SAAT-SAAT YANG PALING MENYENANGKAN bagi anak-anak. Jika tidak terjadi demikian, berarti ADA YANG SALAH!
Jika orang tua tahu caranya, maka belajar membaca juga akan dirasakan anak sama asyik dan gembiranya seperti ketika mereka memeluk boneka atau berlarian di lapangan tanpa sendal jepit.
Bila orang tua memahami hal-hal mendasar ini, maka menciptakan suasana belajar membaca seindah itu ternyata mudah sekali. Bahkan tidak akan menyita waktu orang tua yang super sibuk sekalipun....
Karena itulah, buku ini hadir ke hadapan pembaca untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi orang tua (dan guru) agar bisa membantu anak-anaknya (apapun gaya belajar mereka, seaktif apapun mereka) bisa dan juga suka membaca, tanpa terbebani oleh kebingungan memilih metode dan alat khusus, yang mungkin terlalu beragam jumlahnya.
Intinya, anak bisa dan suka membaca, masalahnya ada pada orang tua (dan guru), dan bukan pada anak-anak kita.

Selengkapnya...

Komputer Untuk Komunikasi Dengan Tuna Rungu

Sekali lagi, teknologi komputer dianggap sebagai salah satu produk teknologi yang paling berjasa bagi manusia dewasa ini. Hal ini dibuktikan dengan penemuan sejumlah alat berbasis komputer yang mampu membantu manusia dalam banyak hal.

Seperti baru-baru ini yang dikembangkan oleh para tenaga ahli dari IBM, salah satu perusahaan komputer terbesar saat ini. Tim peneliti dari IBM mengembangkan teknologi yang diberi nama SiSi atau Say it Sign it, sebuah teknologi komputer yang berfungsi untuk membantu kaum tuna rungu agar bisa lebih bebas berkomunikasi.
SiSi bekerja dengan menerjemahkan bahasa suara dalam bahasa sinyal yang dimengerti oleh kaum tuna rungu. Dengan sarana ini, maka orang yang berbicara, suaranya akan direkam, dan dengan teknologi ini akan segera diubah jadi bahasa yang dimengerti tuna rungu dengan perantaraan avatar di komputer.

Meski begitu, pihak IBM mengatakan bahwa ini masih dalam bentuk prototipe alias masih dalam tahap uji coba. Karena itu, SiSi sementara baru bisa digunakan dalam bahasa Inggris British karena pembuatannya di pusat riset IBM di Hursey, Inggris. Ke depan, diharapkan teknologi ini dapat dikomersilkan dengan dilengkapi bahasa asing lainnya.

Tentu, kita berharap teknologi ini akan segera bisa tersebar luas. Dengan begitu, saudara-saudara kita yang mengalami masalah dengan pendengarannya akan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

Selengkapnya...

Membaca itu penting

Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan sekaligus mencerahkan. Membaca membantu kita lebih berwawasan, sukses, dan hidup lebih baik. Tetapi ternyata kegemaran membaca belum dimiliki mayoritas orang, sebab mereka belum mengerti berjuta manfaat dari membaca. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari membaca, yang mungkin dapat menggugah semangat dan kemauan Anda untuk melahap isi buku-buku bacaan. 1.Membaca membangun pondasi yang kuat untuk dapat mempelajari dan memahami berbagai disiplin ilmu sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.Senang membaca meningkatkan kecerdasan verbal dan lingusitik karena membaca memperkaya kosa kata dan kekuatan kata-kata.
3.Membaca mencegah rabun mata, karena membaca melatih dan mengaktifkan otot-otot mata.
4.Membaca mencegah kepikunan karena melibatkan tingkat konsentrasi lebih besar, mengaktifkan, dan menyegarkan pikiran.
5.Kegemaran membaca membantu meningkatkan kecerdasan, serta meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi.
6.Membaca membantu memperbaiki rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan memanajemen emosi, dan meningkatkan kemampuan melakukan interaksi sosial positif di mana pun dan kapan pun.
7.Membaca membentuk karakter dan kepribadian, sampai-sampai ada pepatah yang mengatakan, "Apa yang kita baca sekarang, seperti itulah kita 20 tahun yang akan datang".
8.Membaca menjadikan kita lebih dewasa, lebih arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Membaca adalah kegiatan yang sarat manfaat dan sangat penting dalam kehidupan kita. Banyak orang sukses dan cerdas karena kecintaan mereka membaca buku dan belajar. Oleh sebab itu tingkatkan intensitas membaca terutama di waktu senggang Anda, dan berikut ini adalah beberapa hal menarik untuk membangkitkan semangat membaca.

1.Sesuaikan tingkat bacaan dengan tingkat kosa kata, sebab keengganan meneruskan bacaan seringkali dikarenakan kita sulit memahami arti katanya.
2.Luangkan waktu secara rutin untuk membaca (misalnya setengah jam per hari) karena langkah ini lambat laun akan meningkatkan kemampuan memahami berbagai gaya tulisan dan kosa kata baru.
3.Mencoba menulis tentang apa pun yang dianggap menarik, misalnya tentang perasaan, pengalaman, cara memandikan kucing, menanam pohon, membuat kue, dan lain sebagainya. Mencoba menulis akan meningkatkan minat membaca.
4.Berusaha menggunakan waktu untuk membaca dengan selalu membawa bahan bacaan di mana pun berada. Simpan buku atau majalah dalam tas, ruang keluarga atau tempat yang sering Anda gunakan, sehingga memungkinkan Anda menjangkau dan membaca.
5.Tentukan berapa banyak buku yang ingin Anda baca dalam kurun waktu tertentu. Mulailah memasang target dengan disiplin tinggi, karena langkah ini melatih kemampuan meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca lebih banyak hal.
6.Buatlah daftar buku yang sudah Anda baca dan catatan isi buku tersebut. Simpanlah catatan tersebut dengan rapi di tempat favorit Anda, misalnya di buku harian, di komputer, di lemari, dan lain sebagainya.
7.Matikan televisi, karena televisi tidak mengajak kita aktif belajar dan berpikir kreatif. Daripada waktu terbuang untuk memindah channel televisi mencari acara televisi yang bagus, bisa jadi waktu tersebut sudah cukup banyak untuk menyelesaikan membaca sebuah buku.
8.Bergabunglah dengan kelompok baca, di mana dalam periode tertentu para anggotanya berkumpul untuk mendiskusikan topik bacaan yang telah sama-sama tentukan sebelumnya. Berkomitmen terhadap kelompok baca memberikan momentum yang lebih besar untuk menyelesaikan bacaan buku, dan menciptakan forum yang luar biasa untuk berdiskusi dan bersosialisasi seputar tema buku.
9.Sering-seringlah mengunjungi toko buku atau perustakaan, karena kesempatan melihat-lihat buku akan melatih mental membaca sebagai kebutuhan dan menginspirasi banyak hal baru yang menarik untuk dibaca.
10.Bangunlah strategi, yaitu dengan menentukan sendiri cara yang baik menurut Anda untuk meningkatkan aktivitas membaca, sehingga Anda semakin rajin membaca dan mendapatkan manfaat yang lebih besar dari buku yang Anda baca.
Kembangkan terus minat baca Anda, karena membaca dapat meningkatkan kemampuan, terutama kemampuan untuk menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana. Tingkatkan intensitas membaca dengan memanfaatkan waktu luang semaksimal mungkin untuk membaca. Membaca merupakan salah satu investasi yang baik dari waktu kita.
Selengkapnya...

Belajar Membaca untuk Anak Usia Dini

Bisa membaca di usia dini mungkin bukanlah segalanya. Ada hal yang lebih penting dari kemampuan membaca, yang justru agak sering terlewatkan, yaitu bagaimana membuat anak-anak senang dengan buku dan kegiatan membaca.
Jika pembentukan kebiasaan membaca kurang dibangun, tak jarang, ada anak yang sudah bisa membaca tetapi tidak tertarik dengan buku.
Akan tetapi, tidaklah pula berlebihan jika orang tua mulai menyediakan media belajar membaca (apapun itu) pada saat anak-anak terlihat begitu antusias dengan buku dan kegiatan membaca, meskipun mereka masih berusia balita atau bahkan batita. Kontroversi tentang hal tersebut memang masih selalu hangat dibicarakan dan tak pernah ada habisnya dari waktu ke waktu. Beberapa pihak bahkan melarang orang tua atau guru untuk mengajarkan keterampilan membaca pada usia dini, dengan alasan takut anak-anak jadi terbebani, sehingga mereka menjadi benci dengan kata “belajar”.
Namun sejauh pengalaman saya, selama prinsip belajar ‘fun’ yang dikembangkan, materi apapun yang diajarkan kepada anak usia dini selalu direspon dengan baik dan anak-anak suka untuk belajar. Mengajak anak-anak untuk belajar membaca menurut saya jauh lebih baik daripada membiarkan mereka menonton TV seharian. Tanpa kita sadari sesungguhnya anak-anak juga belajar sesuatu lewat TV, yang sayangnya lebih banyak berupa hal-hal negatif daripada hal-hal yang positif.
Seputar metode belajar
Metode mengajar balita membaca sangatlah beragam. Karena begitu beragamnya, lagi-lagi kita akan menemukan perbedaan dasar pemikiran dari metode-metode tersebut. Meskipun kadang-kadang sering mencuat pertentangan yang tajam antar berbagai metode, kita tak perlu bingung. Kenali saja semua konsep yang ditawarkan, dan kenali pula gaya belajar anak-anak kita. Jika metode dan gaya belajar cocok, kita bisa lebih mudah memotivasi anak untuk belajar.
Berdasarkan telaah saya, sejauh ini di dunia belajar ini dikenal 2 metode besar, yaitu metode terstruktur dan metode tidak terstruktur (acak). Keduanya tidak lebih baik atau lebih jelek dari yang lainnya. Metode terstruktur dan tidak terstruktur (acak) bisa saling melengkapi sesuai karakter dua belahan sisi otak kita yang kini populer dengan istilah otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri memiliki karakteristik yang teratur, runut (sistematis), analitis, logis, dan karakter-karakter terstruktur lainnya. Kita membutuhkan kerja otak kiri ini untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka, urutan, dan logika.
Adapun karakteristik otak kanan berhubungan dengan rima, irama, musik, gambar, dan imajinasi. Aktivitas kreatif muncul atas hasil kerja otak kanan.
Melalui deskripsi tentang karakteristik dua belahan otak tersebut, kita tentu bisa melihat bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Apa jadinya para kreator-kreator seni jika tak punya tim manajemen yang handal. Bisa kita bayangkan pula sepi dan monotonnya dunia ini jika penghuninya hanyalah para ahli matematika atau akuntansi yang selalu sibuk dengan angka. Secara personal, kita pun akan menjelma menjadi orang yang “timpang” jika tidak mampu menyeimbangkan kinerja dua sisi otak kita. Kita pun bisa tumbuh menjadi orang yang “ekstrem” dalam memandang belajar dan cara belajar.
Selain metode belajar, karakteristik anak-anak juga perlu kita ketahui dan pahami agar kita bisa merancang model-model belajar yang menarik minat anak. Beberapa karakteristik anak secara umum adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi lebih pendek (relatif)
2. Tidak suka diatur/dipaksa
3. Tidak suka dites
Ketiga ciri tersebut jelas menunjukkan kepada kita bahwa mengajar balita membaca tak bisa dilakukan dengan cara-cara orang dewasa. Kita membutuhkan teknik-teknik yang lebih bervariasi dan adaptif terhadap kecenderungan anak-anak. Dan hanya satu kegiatan yang bisa melumerkan 3 karakteristik di atas yaitu BERMAIN. Mengapa? Karena dalam bermain anak-anak tidak menemukan tes, paksaan, dan batas waktu. Ketika bermainlah anak-anak menemukan kebebasan dirinya untuk berekspresi. Ketika bermain pula mereka menemukan kesenangan mereka.
Model-model belajar membaca untuk inspirasi
1. Belajar membaca lewat kosa kata
Kosa kata adalah pembentuk kalimat. Lewat kosa kata yang makin beragam, kalimat yang kita keluarkan pun akan semakin kaya. Lewat kosa kata, anak-anak akan belajar tak hanya kemampuan membaca tetapi juga perbendaharaan dan pemahaman akan kata-kata yang akan mereka gunakan dalam berbicara.
Variasi yang bisa digunakan diantaranya, kartu kata yang disajikan dengan model Glen Doman, poster kata yang ditempel di dinding, buku-buku bergambar yang kalimatnya pendek dan ukuran hurufnya cukup besar. Prinsip yang dipakai dari metode tersebut adalah belajar dengan melakukannya. BELAJAR MEMBACA dengan MEMBACA.
Hal-hal khusus yang menyertai model ini adalah kemungkinan anak-anak untuk mengenal pola lebih lama. Artinya, bisa jadi untuk bisa benar-benar membaca semua kata yang diperlihatkan kepada mereka (meski belum diajarkan) membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung kecepatan anak.
2. Belajar Membaca lewat Suku Kata
Model ini paling banyak digunakan, terutama di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya adalah terlebih dulu mengenali pola sebelum masuk pada fase membaca.
Belajar lewat suku kata misalnya ba bi bu be bo dan seterusnya juga memiliki efek tersendiri, diantaranya kecepatan membaca yang sedikit lambat jika tidak diiringi latihan langsung lewat buku atau bacaan-bacaan. Mengapa demikian? Karena anak-anak akan terbiasa dengan membaca pola lebih dulu baru membaca. Kerja otak kiri lebih dominan dalam hal tersebut.
Untuk mengimbanginya, kita harus lebih sering memotivasi anak untuk membaca kata-kata secara langsung lewat buku tanpa harus memilah suku katanya.
3. Belajar membaca dengan mengeja
Model ini di awali dengan pengenalan huruf baru kemudian merangkainya menjadi gabungan huruf dan kemudian kata. Sebenarnya metode ini sudah jarang digunakan orang karena memang terbukti cukup sulit bagi anak.
Kerja otak kiri akan semakin dominan jika kita memakai metode ini. Anak-anak harus melewati tiga tahapan menuju kata, yaitu huruf, suku kata, lalu kata. Memang ada anak-anak yang bisa belajar dengan metode ini, tapi lagi-lagi latihan membaca kata secara intensif harus mengiringinya agar anak-anak merasa percaya diri untuk membaca.
Belajar Multi Metode
Adakalanya spesialisasi itu baik untuk mengenal kedalaman suatu ilmu, tapi dalam belajar membaca kita bisa mempergunakan multi metode sekaligus tanpa harus merasa tabu hanya karena teori yang kita peroleh dianggap paling rasional.
Dengan kata lain, kita bisa memperkenalkan pada anak-anak kita semuanya, huruf, suku kata, ataupun kosa kata. Catatan pentingnya tentu saja: sajikan dengan perasaan riang sehingga anak-anak kita pun mendeteksi kegembiraan dan ketulusan yang kita berikan pada mereka. Hal itu jauh lebih berarti dan lebih efektif daripada segudang metode terhebat sekalipun.
Tersisa dari itu semua, “kita memang tak boleh berhenti belajar”.
Selengkapnya...

Mengapa membaca?

Membaca memberikan wawasan dan pengetahuan yang berguna bagi hidup kita. Seperti fisik yang perlu diberi makanan, demikian juga dengan pikiran kita. Membaca merupakan salah satu makanan terbaik untuk pikiran.

Ada ungkapan, jika kita bertemu dengan seorang teman yang berpisah lama, biasanya perubahan yang terjadi terhadap orang tersebut disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, pengalaman hidup yang dilaluinya; kedua, lingkungan sekitarnya; dan terakhir, buku-buku yang dibacanya.
Melalui buku kita dapat menambah pengetahuan tentang suatu bidang ilmu. Melalui
buku kita bisa menjelajahi dunia, termasuk tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Melalui buku kita bahkan bisa ‘mengenal’ orang-orang ternama, walaupun kita mungkin belum pernah berjumpa sebelumnya, dan belajar dari pengalaman hidup mereka. Melalui buku kita juga bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya menjadi 'rahasia'. Dan melalui buku kita bisa lebih mengerti hidup ini.

Selain manfaat-manfaat di atas, pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang jika kita hanya mau menginvestasikan waktu 1 jam setiap hari selama 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Mari kita berhitung sejenak. Setahun 360 hari kerja dikali5 tahun sama dengan 1.800 jam. Siapa pun yang belajar suatu bidang ilmu selama 1.800 jam tentunya sudah pasti menguasainya secara mendalam.

Membaca juga menaikkan kualitas hidup kita ke tingkat lebih tinggi. Membaca menyebabkan terjadinya perubahan cara berpikir, yang tentunya diikuti dengan perubahan kualitas hidup, baik segi fisik, keuangan, karir, mental, sosial, dan bahkan spiritual.

Kita dapat memulai kebiasaan membaca dengan cara membuat komitmen untuk membaca sebuah buku setiap minggu. Dalam setahun ada 52 buku, berarti telah terjadi kemajuan sebesar 52 buku dalam hidup. Bayangkan perubahan positif yang terjadi terhadap hidup kita dengan penambahan pengetahuan dan wawasan 52 buku.

Ada sebuah fakta menarik tentang para pemimpin besar. Mereka semuanya memiliki kesamaan dalam satu hal: kebiasaan membaca secara teratur. Benjamin Franklin, Soekarno, Gandhi, Bill Gates, Barack Obama, Oprah Winfrey, dan Susilo Bambang Yudhoyono merupakan segelintir contoh para pemimpin yang meluangkan waktu di antara kesibukan sehari-hari untuk memberi makanan bagi pikirannya melalui buku-buku bagus. Dan konon katanya Bill Clinton membaca lebih kurang 300 buku selama kuliah hukum di University College, Oxford.

Tokoh yang sangat saya kagumi, pendiri Kyocera Group, seorang filantropis, dan pengarang buku favorit saya A Passion for Succes, Kazuo Inamori, mengatakan dalam bukunya: Your own experiences and those of others that you acquire through reading can provide a spiritual framework to succeed in life. Ternyata, selain pengalaman hidup kita, buku merupakan faktor sangat penting lain dalam membawa keberhasilan dalam hidup.
Jika membaca ternyata memberikan begitu banyak manfaat, mengapa tidak kita lakukan secara kontiniu mulai dari sekarang? Ayo, mari kita lakukan bersama-sama.
Selengkapnya...

Upaya Penigkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Teknik Sema

Abstrak. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan teknik skema pada siswa kelas 2 SUP Mataram Kasihan Bantul Penelitian ini dilakukan pada 40 siswa kelas 2 SLTP Negeri Mataram Kasihan Kabupaten Bantul. Data dikumpulkan malalui observasi guru, siswa dan catatan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata sebelum tindakan penelitian sebesar 50%, dan nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar 73%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman pada siswa SLTP Mataram Kasihan sebesar 23 %.
PENDAHULUAN
Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan bahasa sebagai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan dari beberapa aspek. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam GBPP SLTP Kelas 2 adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan membaca.
Membaca, terutama membaca pemahaman bukanlah sebuah kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu, bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tompubolon: 1987).
Lebih dari itu, Tulalessy (1995) berpendapat bahwa membaca mahir (avented reading) harus mulai diajarkan pada siswa kelas 1 SLTP sehingga siswa SLTP bisa menuju pada membaca di seberang baris (reading beyond the lines).
Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan teknik skema merupakan salah satu upaya tepat karena dengan teknik skema siswa harus menghubungkan pengalamannya dengan pengalaman yang ada dalam buku teks.
Menurut Sujana (1995) langkah-langkah pembelajaran menggunakan teknik skema adalah:
1. bersikap positif terhadap apa yang diketahui murid jadikanlah apa yang telah diketahui murid itu sebagai batu loncatan atau jembatan dalam usaha menolong mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan,
2. menggunakan analogi, perbandingan, bahkan kalau perlu, perbandingan metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
3. memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru itu.
4. metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
5. memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru itu.
Pada kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa kelas 2 pada SUP Mataram Kasihan Bantulmasih cukup memprihatinkan. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa tidak benar-benar memahami bacaan yang disediakan. Melihat kenyataan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Sebagai pemecahannya adalah dengan diterapkannya teknik skema dalam pembelajaran membaca pemahaman. Untuk mengetahui seberapa jauh teknik skema dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami teks bacaan, maka perlu diadakan penelitian tindakan.
Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut: Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan teknik skema siswa kelas 2 pada SLTP Mataram Kasihan Bantul?
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan teknik skema pada siswa kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul. Jumlah subyek penelitian adalah 40 siswa kelas 2 pada SLTP tersebut. Karakteristik siswa pada dasarnya hampir sama (homogen). Lokasi sekolah jauh dari pusat kota, dengan latar sosial orang tua siswa rata-rata rendah sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan mambaca siswa.
PROSEDUR PENELITIAN
Perencanaan
Sebelum tindakan dilakukan, dibuat perencanaan berikut ini:
1. Mengidentifikasi masalah,
2. Mengadakan tes,
3. Menyiapkan materi bacaan
4. Menyiapkan media,
5. Menyiapkan alat evaluasi.
TINDAKAN PENELITIAN
Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 5 tindakan. Adapun langkah-langkah implementasi tindakannya adalah:
1. Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang akan diberikan.
2. Guru memberikan petunjuk yang berupa outline, dan gambar yang ada hubungannya dengan materi bacaan dan skemata siswa
3. Siswa membaca teks bacaan, dilanjutkan menuliskan kata-kata sukar,
4. Siswa mengungkapkan ide pokok setiap paragrap.
5. Siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasanya sendiri.
MONITORING DAN REFLEKSI
Monitoring dilaksanakan setiap tatap muka Hasil monitoring dijadikan refleksi setelah tatap muka berlangsung. Dalam refleksi, kolaborator dan pendamping memberi input tentang jalannya penelitian dalam kegiatan belajar mengajar, baik kekurangan maupun keberhasilan yang telah dicapai. Hasil tersebut dianalisis secara deskripti-kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data
Pengaumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Tes, dilakukan sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan.
2. Observasi, dilaksanakan peneliti dan kolaborator selama KBM berlangsung.
3. Catatan lapangan, untuk mencatat segala kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam satu sikius. Satu siklus terdiri dari 5 tindakan, dengan 10 kunjungan silang. Adapun hasilnya adalah sebagai benkut:
Tindakan I
a. Guru mengucapkan salam dan memperkenalkan kolaborator kepada siswa.
b. Guru melakukan apersepsi, menuliskan judul bacaan pada papan tulis. Siswa memunculkan kata penyumbang darah, sehat, gemuk, golongan darah dan transfusi. Jawaban siswa ini ditulis guru pada outline yang telah disediakan.
c. Setelah pembelajaran berlangusung setengah jam, guru meminta siswa untuk membaca dalam hati bacaan “Tidak Semua Orang Bisa Jadi Donor Darah”, dilanjutkan menuliskan kata-kata sukar beserta maknanya.
d. Guru menugaskan siswa menuliskan ide pokok pada papan tulis, siswa lain menaggapinya.
e. Sebelum pembelajaran diakhiri, guru menanyakan kepada siswa hal-hal yang belum jelas tentang bacaan. Siswa diberi tugas untuk menceritakan kembali isi bacaan. Pembelajaran ini diakhiri dengan guru mengucapkan salam.
REFLEKSI
Pada awal pembelajaran ini, skemata siswa lambat muncul. Tanggapan siswa tidak sesuai dengan outline yang dituliskan guru pada papan tulis. Peneliti dan kolaborator bersepakat bahwa hal tersebut dimungkinkan dengan belum dioptimalkan media pembelajaran, di samping teknik skemata ini baru pertama dilaksnakan. Untuk itu, pada tindakan pembelajaran selanjutnya media pembelajaran dipersiapkan lebih mantap lagi.
Tindakan II
a. Setelah mengadakan apersepsi, Guru menempelkan judul bacaan pada papan tulis Siswa senang dengan adanya media yang ditempelkan di papan tulis.
b. Guru menawarkan kepada siswa untuk menuliskan jawabannya pada outline di papan tulis. Beberapa siswa maju untuk menuliskan kosa kata pada outline yang disediakan.
c. Guru menugasi siswa membaca bacaan menuliskan kata-kata sukar, kemudian mendiskusikan artinya, beberapa siswa mengartikan dengan bantuan kamus.
d. Kegiatan selanjutnya menugasi siswa untuk menuliskan ide pokok, dan menggabungkan menjadi paragraf yang padu.
e. Sebelum pembelajaran diakhiri, guru memberikan penegasan tentang penggunaan kata hubung.
REFLEKSI
a. Pada pembelajaran ini skematis siswa muncul pada awal pembelajaran. Hal ini dimungkinkan digunakannya media pembelajaran, sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran.
b. Penulisan jawaban siswa pada papan tulis, dan pujian yang diberikan guru kepada siswa menjadikan motivasi siswa untuk lebih aktif. Peneliti dan kolaborator sepakat agar guru lebih sering memberikan penghargaan terhadap siswa.
Tindakan III
a. Pembelajaran diawali dengan apersepsi, dilanjutkan menuliskan tujuan pembelajaran dan judul bacaan pada papan tulis.
b. Guru menunjukkan bunga anggrek, dan siswa diminta memberikan tanggapannya. Indri dan Indah serempak memberikan tanggapannya. Siswa yang lain, Novi dan Ayu kemudian menanggapinya. Jawaban siswa ini oleh guru dimasukkan dalam outline yang telah disediakan.
c. Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca bacaan “Holtikultura” selama kurang lebih lima menit.
d. Setelah membaca bacaan, guru dan siswa mencocokkan antara skema siswa dengan out-line bacaan. Hasilnya, banyak persamaan antara skemata siswa dengan outline yang dibuat guru. Dan guru menberikan pujian.
e. Pada kegiatan menentukan ide pokok, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah paragraf. Jawaban tiap kelompok dituliskan di papan tulis. Terjadi diskusi yang menarik pada saat masing-masing kelompok mempertahankan pekerjaannya. Hal ini terjadi karena kelompok yang satu (Indah) tidak menggunakan kata hubung dalam menggabungkan ide pokok, sedangkan kelompok yang lain (Novi) menggabungkan ide pokok dengan bentuk pasif. Dari jawaban guru yang diberikan, ternyata belum sepenuhnya dapat diterima siswa.
f. Sebelum pembelajaran ini diakhiri, guru menerangkan fungsi kata hubung dan kata pasif. Guru memberikan pekerjaan rumah siswa menceritakan kembali.
REFLEKSI
a. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dapat membuat suasana kelas hidup dan hal tersebut memunculkan skemata siswa lebih awal.
b. Peneliti dan kolaborator bersepakat bahwa guru agar mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan memungkinkan siswa lebih bersikap positif dan kritis terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
Tindakan IV
a. Pembelajaran ini di awali guru dengan apersepsi, dilanjutkan dengan menuliskan tujuan pembelajaran dan judul bacaan,
b. Guru menggiring keterkaitan skemata siswa dengan topik pembelajaran dengan cara menempelkan slogan mensana in corpora sono.
c. Tanggapan siswa terhadap topik pembelajaran masih banyak yang kurang tepat. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang dimasukkan dalam out-line yang telah disiapkan guru banyak yang meleset.
d. Siswa membaca bacaan dan menuliskan kata sukar.
e. Guru memberikan tugas untuk menuliskan ide pokok siswa-siswa, misalnya Sulitiyangsih dan Dwi Fatmawati dapat menyelesaikan tugas dengan hasil baik.
f. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tugas siswa menuliskan kembali isi bacaan dengan melihat outline bacaan yang telah dibetulkan guru.
REFLEKSI
a. Peneliti dan kolaborator menyepakati, letak ide pokok mudah dipahami siswa. Hal tersebut dimungkinkan sebagian besar ide pokok bacaan teletak pada awal paragraf.
b. Skemata siswa kurang cocok dengan materi bacaan. Hal tersebut dimungkinkan, teks bacaan yang digunakan untuk kegiatan membaca (tajuk rencana KR) memiliki tingkat kesulitan tinggi. Pada pembelajaran yang akan datang materi bacaan diharapkan yang sesuai dengan usia siswa.
Tindakan V
a. Guru mempersiapkan ruangan laboratorium untuk pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran OHP
b. Guru menunjukkan tujuan pembelajaran dan judul bacaan pada layar monitor. Siswa antusias menanggapi judul bacaan “Kiat Jadi Bintang Sinetron”.
c. Beberapa siswa, antara lain: Indah, Ayu, Novi dan Wiwid menanggapi pertanyaan guru. Tanggapan siswa tersebut dituliskan pada out-line yang telah dipersiapkan guru.
d. Siswa membaca bacaan, menuliskan kata-kata sukar. Siswa berebutan maju mengartikan kata sukar di papan tulis. Selanjutnya, siswa ditugasi mencari ide pokok. Indah dan Yeni mewakili kelompoknya maju untuk menuliskan di papan tulis.
e. Dari bacaan tersebut, siswa berlatih membuat petunjuk menjadi bintang sinetron secara kelompok. Petunjuk yang ditulis siswa banyak yang sesuai dengan outline yang dibuat guru.
f. Sewaktu membedakan petunjuk pokok dan petunjuk penjelas, diskusi berlangsung menarik, masing-masing kelompok mempertahankan alasannya. Guru menjelaskan, menguatkan, dan memberi pujian terhadap alasan yang dikemukakan siswa.
g. Sebelum pembelajaran diakhiri, kolaborator dan guru inti berpamitan terhadap siswa. Kegiatan ini oleh siswa diakhiri dengan perasaan senang.
REFLEKSI
a. Peneliti, kolaborator dan pendamping menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang direncanakan. Penggunaan media pembelajaran yang tepat, misalnya OHP menjadikan KBM berlangsung dengan susana menarik.
b. Materi pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan siswa (diambil dari Fantasi) menarik perhatian siswa. Hal tersebut menumbuhkan sikap positif terhadap pembelajaran membaca.
SIMPULAN
Penerapan teknik skema pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul, dapat meningkatkan membaca pemahaman pada siswa tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 50% dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar 73%, terjadi peningkatan nlai sebesar 23%. Selengkapnya...

Membaca cepat

Membaca cepat adalah kecakapan membaca dan memahami teks dalam tingkatan tinggi.
Rata-rata orang dengan pendidikan setingkat sekolah tinggi membaca sekitar 300 kata per menit, berarti bahan itu tidaklah bersifat teknis. Di sisi lain, pembaca cepat dapat membaca lebih dari 1000 kata per menit.
Pengukuran membaca cepat baru sangat berarti bila digabungkan dengan informasi seberapa tinggi pemahaman teks itu oleh pembacanya. Diketahui bahwa orang dengan kemampuan membaca cepat yang lebih tinggi juga memiliki pemahaman yang lebih tinggi. Malahan yang mengejutkan, seseorang biasanya memperbaiki pemahamannya seiring dengan kemampuan membaca cepatnya.
Ada beberapa faktor yang menghambat membaca cepat:
1. Kosakata yang kurang
2. Regresi - membaca kembali bahan yang sama secara berulang
3. Subvokalisasi - melafalkan kata di pikiran ketika membacanya
4. Persepsi yang salah - bisa karena gerakan mata yang salah atau masa persepsi yang lambat
Kebanyakan pembaca sambil lalu dapat meningkatkan keterampilan membacanya 2-3 kali dengan mempraktekkan membaca cepat. Selengkapnya...

Membaca

Seorang anak lelaki sedang membaca komik Marvel.
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Selengkapnya...

BUDAYA MEMBACA CABUT RASA TAKUT KEBEBASAN

Menulis sangat mudah sebagaimana beberapa buku tentang penulisan yang memberi motivasi, sebenarnya mengasumsikan suatu keadaan dimana masyarakat telah hidup dalam budaya membaca. Membaca adalah kebutuhan pokok. Pendidikan lebih cenderung didekati dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (andragogi), selain pendekatan pedagogi yang berlangsung saat ini. Sehingga, penekanan yang sering muncul adalah budayakan membaca; sebagai syarat yang sangat penting untuk mudah menulis. Budaya membaca inilah yang menjadi tantangan dalam penerapan isi buku-buku tentang motivasi menulis tersebut, yang perlu didengungkan dan didorong tumbuh berkembangnya budaya membaca.
Berdasarkan beberapa hasil riset sebagaimana diungkapkan Dr. Stephen D. Krashen bahwa kita belajar menulis lewat membaca, yang menunjukkan betapa pentingnya mambaca dalam memudahkan untuk menulis, karena membaca merupakan perbuatan menulis di otak. Hal ini juga tergambar dalam bukunya Jean-Paul Sartre, Kata-Kata (2000), dimana membaca sudah dibudayakan oleh keluarganya, terlebih kakeknya yang selalu memberikan berbagai buku dan tulisan, sehingga saat pertama menulis Sartre merasa sebagai plagiat karena banyak tulisan yang mengendap di otak dari hasil bacaan yang membudaya.
Budaya membaca para pendidik (dosen/guru) tentu sudah seharusnya telah berkembang, sebagai kelompok masyarakat yang senang membaca dan menjadi kebutuhan, sehingga dapat menularkan pada anak didiknya. Sudah seharusnya, kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai pendidik ini sudah berada dalam budaya membaca, sehingga kegiatan membaca sudah menjadi habit sebagaimana setiap hari melakukan kegiatan mengajar. Buku-buku yang memotivasi menulis menjadi penting dibaca oleh kalangan pendidik dan peserta didik, yang tidak perlu (harus) diikuti adalah gaya penulisannya. Melalui buku-buku motivasi penulisan tersebut, sangat jelas tergambar bagaimana pentingnya budaya membaca, yang menjadi syarat penting dan utama dalam menjadikan kegiatan menulis sebagai kebiasaan (habit) sebagaimana didefinisikan Stephen Covey sebagai titik pertemuan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keinginan (desire).
Harapan mempunyai kemampuan menulis sangat mudah, tidak serta merta dapat diperoleh hanya dengan membaca buku-buku tentang menulis, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana sebab-sebab yang diuraikan dalam buku tersebut hingga bisa menulis sangat mudah yang perlu menjadi perhatian dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan perbuatan berdasarkan harapan (raja’) lebih tinggi kedudukannya daripada perbuatan berdasarkan takut (khauf), sebagaimana Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin ungkapkan, yang menegaskan bahwa sebab-sebab yang menguatkan kepada harapan tersebut harus dijaga dan dijalani, karena bila sebab-sebab tersebut hilang maka harapan tersebut tidak ubahnya sebuah angan-angan belaka. Tentu saja sebab-sebab yang menguatkan harapan dalam mudah menulis adalah budaya membaca, yang harus dijaga dan dijalani sebagai budaya.
Membangun kesadaran tentang potensi diri, sebagaimana gagasan Paulo Freire tentang pendidikan yang benar-benar membebaskan, yang mencabut parasit adanya perasaan takut kebebasan (fear of freedom) dalam masyarakat, juga merujuk pada budaya membaca. Jika budaya membaca tidak ada, maka sistem pendidikan apapun akan menjadikan orang terjebak pada sikap fanatik dan tertanam dalam bangunan yang menindas tapi tidak mau keluar karena takut keruntuhannya. Sehingga, perasaan takut kebebasan (fear of freedom) masih menjadi penghambat yang laten, yang memang sangat sulit untuk didobrak.
Jadi, menulis sangat mudah merupakan pernyataan yang benar namun bergantung pada syarat penting akan budaya membaca. Kemudahan dalam menulis merupakan suatu proses yang panjang dan kerja keras, yang diikuti oleh berkembangnya budaya membaca pada diri seseorang. Banyak orang yang setelah membaca buku tentang motivasi menulis langsung tercerahkan, dan berpikiran bahwa menulis itu memang mudah, sebagaimana mudahnya membaca buku tersebut, tetapi tanpa melihat apa yang menjadi sebab kemudahan itu hanya membuat orang terbuai. Sudah seharusnya profesional pendidik (dosen/guru) untuk terlibat mendobrak tembok perasaan takut kebebasan dalam masyarakat, dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya budaya membaca. Selengkapnya...

Membaca Sebagai Bagian Pembelajaran Bahasa

Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik pengajaran bahasa dilontarkan dan dikenalkan oleh para pakar pendidikan dan pengajaran bahasa, tampaknya elemen dasar pendidikan bahasa secara tradisional tetap tidak dapat dibuang begitu saja. Elemen dasar seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan seringkali juga menerjemahkan, tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam teknik pengajaran bahasa yang mana saja.
Para guru, instruktur, dosen, dan bahkan guru besar boleh saja menggunakan pendekatan dan teknik terbaru dalam pengajaran bahasa, tetapi tetap saja pengenalan kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan kemudian wacana tidak dapat melepaskan diri dari elemen dasar dan pendekatan tradisional di atas. Begitu juga dengan penilaian yang akan dilakukan untuk menentukan keberhasilan sebuah teknik pembelajaran. Pada dasarnya penilaian yang dilakukan pun tidak dapat dilepaskan dari penilaian empat (atau bahkan lima) faktor di atas.
Bagaimana sebuah pendekatan dapat dikatakan berhasil dan berdaya guna kalau unjuk kerja siswa (atau mahasiswa) yang menggunakan pendekatan tersebut tidak mencerminkan kemampuan dasar dalam ranah kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis?
Berikut ini akan dibicarakan salah satu aspek elemen dasar kegiatan pembelajaran bahasa, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan membaca, yaitu aspek mekanis kegiatan dan kemampuan membaca. Diharapkan dengan mengenal aspek ini, para instruktur dan tenaga pengajar bahasa pada semua tingkatan dapat mengambil manfaatnya untuk lebih mengoptimalkan usaha mereka dalam membantu seseorang belajar bahasa.
Aspek Mekanis Membaca
Lou E. Burmeister (1978), seorang pakar pendidikan bahasa Universitas Texas di El Paso, dalam Improving Speed of Comprehension in Reading mengawali uraiannya tentang Aspek Mekanis Membaca dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Bagaimana mata seseorang bergerak ketika mereka membaca? Apakah mata tersebut bergerak dengan lembut, seperti ketika mengawasi seekor burung yang sedang terbang atau menyaksikan pesawat terbang yang sedang mendarat? Atau apakah mata bergerak, berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi dan berhenti lagi?
Penelitian dalam ranah ini jelas menarik bagi para ilmuwan pendidikan yang banyak berhubungan dengan masalah penelitian akademis, sedangkan hasilnya diperkirakan banyak menarik minat para instruktur pengajaran bahasa yang lebih banyak berkiprah dalam ranah yang jauh lebih bersifat praktikal.
Salah satu metodologi yang digunakan untuk meneliti pergerakan mata, yang menurut penggagasnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dalam kelas pengajaran bahasa, adalah dengan meminta salah seorang memperhatikan mata seseorang ketika dia sedang membaca. Apakah mata si pembaca bergerak dengan lembut? Jika mata tersebut bergerak dengan lembut, maka dapat dipastikan bahwa dia tidak sedang membaca, kata Lou E. Burmeister.
Lebih jauh pakar pendidikan ini mengatakan bahwa dalam kenyataannya, tentu saja berdasarkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kata (atau kata-kata) hanya dapat dibaca apabila mata tidak bergerak. Hanya apabila mata berhenti bergerak, atau terpusat pada satu bagian dari kata, pada satu kata, atau pada satu frase, maka barulah si pembaca mendapatkan apa yang dinamakan citra visual. Berikutnya, jika memang dikehendaki mata akan bergerak untuk kemudian berhenti lagi jika si pembaca ingin mendapatkan citra visual yang lain. Atau dengan kata lain, dalam membaca mata seorang pembaca haruslah berhenti, bergerak, berhenti lagi, bergerak lagi, dan seterusnya, jika dia menginginkan memahami apa yang dibacanya.
Dalam keadaan sebenarnya, khususnya ketika seseorang membaca secara berkelanjutan dan bukannya hanya satu kata saja, proses berhenti dan bergerak ini mungkin memerlukan waktu tidak lebih dari seperenam detik. George D. Spathe (1962) dalam Is This a Breakthrough in Reading? menyatakan bahwa lebar rentang jarak yang diperlukan sepasang mata dalam membaca tidak dapat melebihi tiga kata, atau dengan kata lain seorang pembaca yang paling cepat sekali pun, berdasarkan hasil penelitian ini, tidak akan mampu membaca lebih banyak dari tiga kata dalam satu periode tertentu sebelum dia menggerakkan kembali matanya menuju ke kelompok kata yang lain.
Dengan memahami kenyataan sederhana ini, yang semakin lama cenderung semakin dilupakan oleh para pengajar bahasa, diharapkan para pengajar dapat bersikap lebih arif jika mereka menggunakan sarana bacaan untuk mengajar murid-muridnya.
Setelah membaca tiga kata, mata pembaca harus bergerak pada kumpulan tiga kata berikutnya. Pergerakan inilah yang oleh para pakar pendidikan bahasa dinamakan saccadic sweep, sebuah pergerakan yang membutuhkan waktu paling cepat sekitar 1/30 detik. Waktu ini hanya dapat dilakukan oleh seorang pembaca yang baik dan tentunya waktu ini akan bertambah jika dilakukan oleh pembaca yang kurang baik.
Jadi, jika hasil kedua penelitian ini digabungkan, akan didapatkan bahwa jumlah waktu total yang dibutuhkan oleh seorang pembaca yang baik untuk membaca tiga buah kata dan kemudian berpindah pada kelompok tiga kata berikutnya adalah seperenam detik ditambah sepertiga puluh detik atau sama dengan seperlima detik. Atau dengan kata lain, dalam satu detik, seorang pembaca yang baik diperkirakan mampu membaca sekitar 15 kata, atau sekitar 900 kata dalam satu menitnya. Sebuah angka yang fantastis, bukan?
Tetapi dalam kenyataannya kemudian terbukti bahwa angka ini sulit sekali dicapai jika diingat bahwa kalimat-kalimat dalam satu bacaan tidak selalu berkelompok tiga-tiga, sehingga seorang pembaca harus melakukan gerakan saccadic sweep lebih banyak lagi untuk satu baris dan ini bermakna mengurangi jumlah kata yang mampu dibaca seseorang dalam satu menit.
Penutup
Belajar bahasa membutuhkan banyak faktor yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Beberapa faktor tersebut seperti ketekunan dan kesabaran, di samping tentu saja kesempatan untuk terus menerus menggunakan bahasa yang dipelajari merupakan faktor yang amat sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa. Tentu saja faktor-faktor yang lain seperti tersedianya materi yang memadai, instruktur yang cakap dan berdedikasi, serta motivasi yang cukup tinggi dari mereka yang belajar juga perlu diperhitungkan. Pemahaman terhadap salah satu elemen dasar dalam belajar bahasa, yaitu membaca, khususnya pemahaman aspek-aspek teknis dan kendala-kendalanya memang tidak menjamin bahwa sebuah program pengajaran bahasa akan berhasil dengan baik. Tetapi dengan sedikit memahami aspek-aspek teknis semacam ini, para pembelajar dan khususnya para pengajar, diharapkan akan lebih mampu menyempurnakan proses belajar-mengajar yang akan membawa mereka ke tujuan akhir yang diharapkan! Selengkapnya...

Agar Anak Gemar Membaca

Buku adalah jendela ilmu, tentu semua orang setuju dengan ungkapan tersebut. Tetapi banyak orangtua yang mengeluhkan anak-anaknya malas membaca. Menurut penelitian, ketika anak naik kelas lebih tinggi, minatnya untuk membaca akan berkurang. Hal ini disebabkan aktivitas mereka mulai meningkat dan waktu untuk bergaul atau bermain dirasa lebih menarik dibanding membaca buku. Nah, untuk membuatnya gemar membaca buku, ikuti saran berikut :
- Sejak usia dini, biasakan untuk membacakan cerita pada si kecil, hal ini bisa meningkatkan kemampuannya membaca dan menulis lebih awal.
- Ada masanya anak-anak akan malas membaca, ini terutama ketika mereka melewati masa peralihan, misalnya dari SD masuk ke SMP. Biarkan hal ini berlalu secara alami, jangan memaksanya untuk membaca. Untuk menarik minatnya, biarkan mereka membaca apa saja yang disukainya, termasuk komik. Yang terpenting mereka tetap membaca.
- Ketika anak memasuki usia remaja, kesibukannya akan meningkat. Mungkin ia tidak punya waktu lagi untuk membaca satu buku, sebagai gantinya biarkan mereka membaca artikel di majalah atau tulisan lain yang lebih cepat selesai dibaca.
- Saat si kecil akan naik ke kelas 2 adalah waktu yang paling tepat untuk mengetahui kemampuannya membaca. Jika si kecil ternyata memiliki kesulitan membaca, ajaklah ia menemui terapis untuk mendapatkan bantuan.
- Kelas 3 dan 4 adalah masa paling krusial untuk keberhasilan akademisnya. Jika si kecil tidak memiliki kemampuan membaca, bisa jadi ia akan tertinggal. Temukan minat dan kesukaan si kecil pada topik tertentu untuk menarik minatnya membaca.
- Tanamkan kebiasaan membaca di keluarga. Jika sejak dini anak-anak sudah terbiasa melihat kedua orangtuanya membaca, otomatis minat tersebut akan muncul pada dirinya.
- Berikan buku sebagai hadiah dan ajak si kecil menabung untuk membeli sebuah buku, tidak harus yang mahal, sesekali ajak anak-anak mendatangi pameran buku yang memberi harga diskon.
- Biasakan meletakkan bacaan di sekitar rumah, atau di dalam mobil. Biarkan si kecil melihat bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan dan berguna.
- Ajak anak-anak berdiskusi tentang buku yang mereka baca, biarkan mereka merasa seperti ahli dan Anda seperti orang yang membutuhkan banyak informasi. Selengkapnya...

Gemar Membaca

Kata pepatah “membaca adalah jendela dunia” karena dengan membaca kita jadi tau semua hal yang sebelumnya kita tidak tahu. Membaca apapun mulai dari buku pelajaran, novel, cerita, koran,majalah, artikel atau apaun semuanya pasti ada manfaatnya walau tidak secara langsung kita merasakannya. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca. Selengkapnya...

Membaca Cepat Dan Efektif

Apakah Anda tahu, apa yang dimaksud dengan membaca cepat dan efektif? Ya, membaca cepat dan efektif bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga begitu selesai membaca tak ada yang diingat dan dipahami. Dua hal pokok yang harus Anda camkan dalam membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase pemahaman bacaan yang tinggi.
Anda dikatakan sebagai pembaca cepat yang baik bila mampu mengatur irama kecepatan membaca sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan keadaan bahan yang dibaca, serta dapat menjawab sekurang-kurangnya 60 persen dari bahan yang Anda baca. Untuk tingkat pemula, kecepatan membaca Anda diharapkan dapat mencapai 120-150 kpm (kata per menit). Kecepatan tersebut diupayakan terus meningkat seiring dengan latihan membaca cepat yang Anda lakukan. Kecepatan membaca yang Anda lakukan pasti tidak monoton/konstan. Artinya, pada saat membaca bagian yang tidak Anda perlukan kecepatan harus terus melaju, tetapi pada bagian yang Anda butuhkan kecepatan membaca dikurangi.
Kecepatan membaca harus diimbangi dengan pemahaman terhadap bacaan tersebut. Anda sebagai pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagianpenting dari bahan bacaan tersebut secara cepat. Dan sebaliknya, Anda harus membiarkan, bahkan melewati bagian yang kurang penting bila memang tidak diperlukan.
Pada umumnya, setiap baris dalam bacaan terdiri dari 8 – 12 kata yang terdiri atas satuan frasa dan klausa. Bila Anda membaca dan mengartikannya kata demi kata pada setiap baris. Maka diperlukan waktu baca yang lama. Selain itu, pemahaman Anda terhadap bacaan pun akan terganggu karena tidak memperhatikan makna kata dalam konteks kalimat.
Bila demikian yang Anda lakukan, maka Anda termasuk pembaca yang buruk.Bila Anda pembaca yang efektif maka Anda hanya akan melihat satuan-satuan pikiran pada setiap baris dalam bacaan, yaitu yang berupa frasa, klausa, atau kata-kata kunci. Karena bagian yang dilihat dari setiap baris bacaan hanya sedikit maka perpindahan gerak mata akan cepat, dan akhirnya Anda pun dapat membaca lebih cepat.
Sebelum Anda sampai pada pelatihan membaca cepat, hal utama yang perlu Anda ingat lagi adalah teknik membaca cepat yang benar (Ingat modul membaca cepat).1
Berkaitan dengan membaca cepat, ada beberapa tujuan dan manfaat yang Anda peroleh.
1. Mengenali topik bacaan. Jika Anda pergi ke toko buku atau perpustakaan. Anda ingin mengetahui apa yang dibahas dalam buku yang Anda pilih. Untuk keperluan tersebut, Anda melakukan membaca cepat beberapa menit (browsing) untuk melihat bahan yang dibaca. Sekedar untuk mengetahui isi bacaan. Hal ini juga dapat dilakukan ketika akan memilih artikel di majalah dan surat kabar(kliping).
2. Mengetahui pendapat orang (opini). Di sini Anda sudah mengetahui topic yang dibahas, selanjutnya Anda ingin mengetahui pendapat penulis itu terhadap masalah yang dibahas. Untuk itu, Anda tinggal membaca tulisan yang ada di tajuk surat kabar tersebut. Anda cukup membaca paragraf pertama atau akhir yang biasanya memuat kesimpulan yang dibuat oleh penulisnya (redaksi).
3. Mendapatkan bagian penting yang diperluan. Anda perlu melihat semua bahan bacaan itu untuk melihat ide yang bagus, tetapi tidak perlu membaca setiap kata, kalimat, bahkan alinea secara lengkap.
4. Mengetahui organisasi penulisan. Dengan teknik membaca cepat maka dapat segera mengetahui urutan ide pokok dan cara semua materi disusun dalam kesatuan pikiran, serta mencari hubungan antarbagian dalam bacaan itu.
5. Melakukan penyegaran atas apa yang pernah dibaca. Misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah.
Albert dalam Harras (1997) mengemukakan tujuan utama dalam membaca cepat.
1. Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat.
2. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
3. Menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Manfaat membaca cepat sebagai berikut.
1. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat danefektif.
2. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan.
3. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan.
Dalam modul membaca cepat, Anda tentu masih ingat beberapa gangguan yang dapat menghambat kecepatan membaca. Cobalah Anda ceritakan gangguan- gangguan tersebut dan bagaimana cara mengatasinya. Selengkapnya...

MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUS

Membaca
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi. Padahal, kalau kita mau berpikir kritis, kita akan menemukan begitu banyak manfaat dari kegiatan membaca. Dengan membaca suatu bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.

Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Bagi negara – negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas – batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah buku disebut sebagai jendela dunia.

Manfaat Perpustakaan

Salah satu unsur penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademik ( Dosen, Staf dan Mahasiswa ) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri. Didalam penulisan artikel ini, penulis ingin mengkhususkan pembahasan kepada salah satu bagian dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa.

Seperti kita ketahui bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan Tinggi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.
Seorang mahasiswa yang ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi lima atau enam tahun kedepan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri (self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan.

Manfaat perpustakaan sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalam materi perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya. Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca berarti memperluas wawasan kita mengenai objek studi yang kita pelajari.

Kurangi Tradisi Lisan, Tingkatkan Tradisi membaca

Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, kebanyakan orang cenderung mendengar dan berbicara ketimbang melihat diikuti membaca. Di lembaga – lembaga pendidikan pun tradisi lisan mendominasi proses belajar mengajar sehingga minat baca dan ingin memiliki buku-buku ilmu pengetahuan bukanlah prioritas utama atau sama sekali tidak difungsikan secara efisien. Kenyataan menunjukkan adanya dua alternativ pilihan yakni ketika orang dihadapkan dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan tayangan film menarik, orang akan cenderung melelahkan indra penglihatan (mata) untuk menonton film berjam – jam daripada membaca buku-buku ilmu pengetahuan.

Membaca buku-buku ilmu pengetahuan disertai dengan menulis sangat berarti karena mengurangi beban memori ingatan kita. Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang sama sekali terserap dengan aspirasi menuju kebenaran dan pemahaman. Dalam masyarakat pembaca, selalu terkandung pemikiran bahwa dikala orang telah membaca dan menguasai isi ilmu pengetahuan, orang sering sudah menganggap telah menjadi ilmuwan atau peneliti yang hebat. Salah satu etika moral seorang ilmuwan adalah memiliki kesadaran bahwa dia baru mengetahui sebagian dari ilmu itu. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang yang dituntut untuk belajar secara terus – menerus dengan jalan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Svami Vivekanda seorang tokoh ilmuwan terkenal mengatakan ilmu pengetahuan dan agama akan bertemu dan berjabat tangan, puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Apabila kita dapat mewujudkanya, kita dapat yakin bahwa ia akan terjadi selama – lamanya dan bagi semua orang.

Kurangilah tradisi lisan, mendengar dengan membaca dan menulis, tukarkan pembelian barang-barang yang tak memberi input bermakna dengan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, luangkanlah waktu sejenak dengan membaca di perpustakaan karena masa depan kita ditentukan masa hari ini dan masa hari ini ditentukan masa yang lampau. Kesemuanya diharapkan dapat mengaktualisasikan makna saraswati dengan arif dan bijaksana sehingga dapat mendatangkan dampak positif ke arah kemajuan. Oleh karena itu, jadikanlah budaya membaca bagian dari kehidupan kita yang tak akan terpisahkan. Selengkapnya...

Internet ubah kebiasaan membaca di Cina



Seperti demikian banyak pencinta fiksi di China, ketika Sa Rina ingin membaca, perempuan itu berpaling ke dua layar komputer di mejanya dan bukan membaca buku yang sesungguhnya.
Sebenarnya, perempuan yang berusia 26 tahun tersebut nyaris tak dapat mengingat kapan terakhir kali ia membeli buku.

“Saya hampir tak pernah membeli buku sejak … sekitar 2003. Saya telah membaca melalui Internet dalam beberapa tahun belakangan,” kata Sa, seorang sekretaris di perusahaan media kebudayaan di Hohhot, ibukota Wilayah Otonomi Pedalaman Mongolia di China, kepada wartawan kantor berita resmi China, Xinhua.
“Dengan satu klik tetikus, setiap cerita atau informasi yang saya ingini kapan saja atau di mana saja tersedia,” kata perempuan tersebut. Itu mungkin menjelaskan dengan baik mengapa demikian banyak orang di China sekarang memilih untuk merangkul daya-tarik Internet dibandingkan dengan membaca salinan buku atau bahan bacaan apapun.
Menurut survei nasional kelima mengenai kebiasaan membaca oleh China Research Institute of Publishing Science (CRIPS) pada penghujung 2008, angka kebiasaan membaca Internet di China naik dengan cepat menjadi 36,5 persen, lebih tinggi untuk pertama kali daripada 34,7 persen buku cetak.
Suka atau tidak ! Komputer dan Internet mengubah secara dramatis cara orang China membaca –atau setidaknya begitulah dalam kasus Sa.
Yang pertama dilakukan Sa di meja kantornya setiap pagi ialah menyalakan komputernya dan berselancar di Internet, membaca berita dan pesan. “Saya dapat mengakses jauh lebih banyak informasi melalui Internet dibandingkan dari surat kabar,” katanya.
Bagi Sa, Internet adalah perantara yang jauh lebih baik untuk menemukan buku yang diingininya.
“Jika anda menjadi anggota terdaftar satu jaringan membaca, anda dapat menyusun koleksi dan arsip buku elektronik anda sendiri, yang membuatnya jauh lebih mudah bagi saya untuk menemukan buku yang telah saya jelajahi,” katanya.
“Anda dapat juga menemukan buku yang sangat terbatas, membaca kajian mengenai semua itu, dan mengirim komentar,” kata Sa. “Alasan lain saya menikmati membaca online sangat banyak ialah semua cerita selalu diperbarui.”
Meskipun sebagian orang menikmati kenyamanan membaca melalui jejaring dan sangat berlimpah keterangan di Internet, banyak orang lagi berpendapat Internet telah merusak kenikmatan dan seni membaca buku yang sesungguhnya.
“Membaca melalui Internet cenderung cepat dan dangkal, dan saya ragu bahwa orang dapat dengan baik menyerap apa yang mereka baca online,” kata Song Heping, penggemar berat buku cetak.
“Saya mencintai pengalaman membaca buku cetak, bahkan aroma buku atau majalah menyenangkan. Anda takkan memperoleh pengalaman yang sama di Internet,” kata Song.
Terlebih lagi, kesanggupan untuk menemukan buku yang mempesona di toko buku tak dapat ditiru di Internet, kata Song.
“Memegang buku cetak dan membacanya di lingkungan yang tenang dan menyenangkan adalah kesenangan yang luar biasa dalam hidup,” kata Han Xu, Wakil Pemimpin Redaksi “Da Jia”, majalah sastra kenamaan di China.
“Dibandingkan dengan membaca buku elektronik, membaca buku cetak `berjalan agak lamban`,” katanya. “Tetapi `kelambanan` adalah tempat kerumitan membaca berada.”
Namun Han juga menegaskan membaca online memiliki kepentingan positif yang sangat besar. “Dari sudut pandang jangka panjang, membaca online dapat sangat mendorong perkembangan daftar bacaan.”
“Oleh karena itu, buku elektronik adalah pesaing bagus bagi majalah dan buku cetak, semua itu dapat memaksa penerbit tradisional menghasilkan karya bacaan yang berkualitas lebih baik,” kata Han. Selengkapnya...